Senin, 15 Juni 2009

" dutungan " la cronología


29 mei 2009

Pagi buta itu sebetulnya saya ingin tidur-tiduran sampai siang hari, berhubung tidak ada kuliah yang berarti, namun ketika saya melihat hp (hand phone) saya, di layarnya ada suatu sms yang cukup menarik. terdapat ajakan untuk mengikuti acara tadabur alam di dutungan island resort dari hmi komisariat kedokteran, tempatku selama ini berkarya. Kontan saja kantuk itu hilang entah kemana, berhubung pada tadabur alam sebelumnya saya tidak berkesempatan untuk pergi. Tidak sabaran untuk mengetahui informasi selanjutnya saya pun menghubungi teman saya marina, sekedar untuk mengetahui jadwal keberangkatan, uang konstribusi, siapa-siapa saja yang ingin berangkat, dsb. Dari informasi yan gsaya dapatkan jadwal keberangkatannya itu pukul 7 malam setelah shalat maghrib, tentu saja saya sangat senang soalnya pada pukul 5 sore saya ada jadwal latihan kempo. Siangnya saya pun bergegas untuk mengepak barang-barang yang ingin saya bawa ke dutungan, setelah mengumpulkan beberapa baju dan celana pendek serta beberapa peralatan mandi lainnya saya pun memasukannya kedalam tas kuliah saya. setelah semuanya beres saya lalu bergegas pergi untuk membeli bebrapa snack dan beberapa peralatan mandi yang kurang. Sore harinya sambil mengendarai sepeda motor dan membawa tas berisi alat tempur di dutungan nantinya, saya juga membawa kantong pelastik berisi baju kempo saya. Namun di tengah perjalanan ternyata sabuk kempo ku terlupa dirumah, terpaksa saya memutar haluan motor menuju kerumah untuk mengambil sabuk kempo. Namun ada yang aneh yang saya rasakan ketika sesampainya saya di kampus, entah kenapa punggung saya terasa sangat-sangat sakit. Namun saya berpipkir bahwa sakit itu akan hilang dengan sendirinya. Ternyata saya salah besar. Sakit di punggung saya tidak redah-redah juga, hingga selesai latihan kempo dan sholat maghrib, sakit itu masih juga terasa. Namun perjuangan untuk ke dutungan harus terus berjalan. Setelah selesai sholat magrib, saya dan beberapa teman-teman menunggu kedatangan bis, serta teman-teman lainnya yang belum datang. Namun sialnya saya harus menunggu selama dua jam setengah hanya untuk berangkat.

30 mei 2009

Pukul 1 pagi dan saya masih berada di dalam sebuah bus yang hampir beruumur setengah abad lamanya. Perjalanan mungkin sekitar 1 jam lagi tetapi lutut ku terasa sangat sakit. In di sebabkan karena bis yang di tumpangi kali ini memiliki kursi yang saling berdekatan. Tentu saja imbasnya adalah lututku yang sakit di tambah kekeraman yang luar biasa. Tidak tahan mendapatkan cobaan semacam ini, saya pun pindah dan duduk di lantai buus bagian depan. lumayan lah, tetapi untung saja kami segera tiba di pelabuhan yang akan membawa kami ke dutungan. Di pelabuuhan tersebut pada pukul setengah tiga malam merupakan pemandangan yang cukup menyeramkan. Apalagi melihat jembatan yang mengahuskan saya untuk menyebranginya. Sungguh hal yang membuat otot-otot jantung saya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya. Dari kecil saya sedikit merasakan ketakutan jika harus melewati jembatan-jembatanan. Apalagi di tambah denagan melewati sebuah jembatan yang lebarnya berukuran kurang lebih lima puluh senti meter, di tambah tidak adanya penerangan kecuali senter yang tidak fokus arahnya. Sungguh sebuah petualangan tersendiri. menaiki sebuah kapal kecil yang mungkin saja sewaktu-waktu terbalik, kami di bagi menjadi dua kelompok. Saya sendiri mendapat kelompok yang kedua. Di atas kapal kami sedikit berfoto-foto, namun entah di mana foto itu berada. Sesampainya di pulau dutungan, kembali saya diharuskan untuk melewati jembatan, namun untungnya jembatan kali ini sedikit lebih lebar dari sebelumnya, serta masih adanya sedikit penerangan. Di pulau tersebut, saya dan teman-teman lainnya diberikan sedikit pengantar dari panitia, setelah itu kami pun bergegas untuk tertidur pulas. Sekedar informasi, kalau kami tidak di gabung tidurnya ( cowok dan cewek ). Jadi kamar pria berada di rumah bagian belakang, sedangkan untuk wanitanya di sewakan dua buah rumah di bagiana depan. Waktu menunjukkan pukul 5.30, ini berarti saya hanya tidur selama 1 jam lebih. Saya pun bangun untuk melakukan sholat subuh dan di kamarmandi belakng saya sudah melihat dua kakak senior saya. Setelah mengantri dan mengambil air wudhu, saya lalu bergegas untuk mencari musholla. Sambil berjalan menuju restoran saya melhat seorang wanita berjalan menuju arah ku. Karena saya tidak tahu dimana musholla, saya pun menanyakannya pada wanita itu, ternyata ia memanggilku kakak, itu berarti dia adalah juniorku. Dia lalu menunjuk sebuah bangunan, lalu saya juga bertanya apakah di sana sudah ada kakak senior yang saya temui waktu menghantri mengambil air wudhu. Ia pun mengiyakan. Setelah ia pergi saya pun mencari di mana musollah nya berada, namun saya tidak menemukan apa-apa, lalu saya mengelilingi bangunan yang baru saya ketahui adalah sebuah restoran, dan saya tidak menemukan siapa-siapa pula, aneh benar kiranya. Setelah kejadian itu, saya lalu bergegas menuju rumah cowok, namun di sana saya melihat senior saya baru saja menyelesaikan sholat subuhnya. Yang diiyakan oleh cewek itu tadi bahwa seniorku itu ada di musollah tidak benar, dan musollah itu tidak ada. Lalu siapa cewek itu tadi. Itulah pertanayaan yang berkecamuk di dalam kepala saya. Namun saya tidak peduli dengan kejadia itu. Seetelah sholat saya lalu menceritakan kejadian ini kepada salah satu senior saya. Dan dari penuturannya, bahwa di pulau itu tidak ada musollah sama sekali, dan seniorku itu setelah mengambil air wudhu tidak pergi kemana-mana. Dan wanita itu menurut senior saya adalah sesuatu yang gaib-gaib. Hal itu di landaskan karena tidak ada model junior cewek seperti itu. Saya pun masih kebingungan. Namun ternyata rasa ngantuk masih menguasaiku. Dan sayapun terlelap kembali. Pagi hari pukul 9 pagi kami pun memulai rangkaian games yang diadakan oleh panitia. di beberapa game kami semua di bagi menjadi 3 kelompok, lalu kami di minta untuk membuat nama kolmpok kami sendiri. Di kelompok kami ( kelompok 3 ) kami sepakat menamainya kelompok gelisah A.K.A geli-geli basah. Sungguh konyol kiranya. Di kelompok satu mereka menamainya kelompok kullu-kullu, sedangkan di kelompok dua mereka menamainya kelompok tidak apa-apa. Di pagi yang tenang itu berubah menjadi pagi yang penuh dengan canda tawa, serta keakraban. Setelah games yang melelah kan itu, acara selanjutnya yang diadakan oleh panitia adalah mengadakan bakar-bakar ikan pada malam hari. Tapi permasalahnnya ternyata panitia belum membeli ikan, namun syukurlah ada beberapa teman yang baru saja akan datang dari makassar yang mau untuk singgah membeli ikan. Di malam hari yang dingin, serta angin yang berhembus kencang kami pun melaksanakan bakar-bakar ikan. Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan sepanjang zaman. Dimana kami semua di hmi komisariat fk unhas dapat berbaur, tidak ada lagi kesenjangan antara junior dan senior. Justru yang ada adalah adik yang menghormati kakaknya, serta kakak yang menyayangi adiknya. Setelah acara bakar-bakar ikan nya selesai kami lalu di panggil oleh beberapa kakak untuk membahas mengenai kelangsungan hmi fk unhas selanjutnya, mengenai sebuah komitment di dalam hati kami, kembali di pertanyakan pada malam itu. Namun tentunya kami semua merasakan akan adanya optimisme baru yang akan ada pada kepengurusan selanjutnya. Setelah malam yang penuh kebahagiaan itu selesai kami pun bergegas untuk


31 mei 2009
Setelah bangun pagi saya lalu bergegas menuju ke pantai untuk merasakan udara segar di pantai dutungan. Di pagi itu saya cukup terkejut melihat dua orang teman saya telah berenang di pantai, kontan saja saya merasa tertantang. Tapi sebelum saya ikut berenang, saya terlebih dahulu mengisi perut dengan sejumlah roti yang telah di sediakan oleh panitia. setelah asik berenang, akhirnya kami semua di panggil oleh panitia untukk games selanjutnya. Di gemes kali ini tidak kalah seru oleh games sebelumnya. Masih penuh dengan canda tawa dan persaingan yang sungguh konyol. Pada pukul satu waktu setempat, kami pun bergegas untuk berpulang kerumah masing-masing. Tidak ada lagi rasa ketakutan ketika melewati jembatan dermaga. Justru yang ada adalah rasa haru meninggalkan kenangan manis di pulau tersebut. Kamui pun kembali menaiki perahu kecil tersebut. Dan ketika sampai di tempat pemberhentian bus kami lalu di bagi-bagi, ada yang menaiki bis, ada yang menaiki mobil kakak senior. Saya sendiri lebih memilih menaiki bis. Delain lebih leluasa, juga lebih ramai. Di bis pun keceriaan kami tidak berhenti. Sepanjang jalan, kami melantunkan beberapa lagu yang dipimpin oleh kanda khalik. Sungguh perjalanan yang luar biasa yang pernah saya alami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar